Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia. Hal ini merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Sebagian kecilnya bisa tercermin dari lima hal berikut yang menjadi akar budaya kita. Namun seiring dengan itu kemajuan suatu bangsa, “menenggelamkan” sedikit banyak nilai-nilai yang telah dianut selama ini.
1. Mencium Tangan Orang Tua
Di Indonesia, mencium tangan merupakan kebiasaan (‘urf) yang ma’ruf beredar di tengah masyarakat, terutama ditujukan kepada orang tua atau sebagian guru yang mempunyai keutamaan. Biasanya kebiasaan ini dilakukan ketika seseorang (anak) yang hendak pergi atau baru datang; menghampiri orang tua, guru maupun orang yang dituakan dalam kehidupannya. Hal tersebut menjadi penting, apabila tujuannya untuk menghormati dan menghargai kedua orang tua, ulama, orang terhormat dan yang berusia lanjut dari karib kerabat dan yang lain. Hikmah di balik perbuatan ini dapat menanamkan rasa cinta terhadap orang tua, maupun orang lainnya yang kita hormati. Sudahkah kita mencium tangan mereka?
2. “Menggunakan” Tangan Kanan
Ada pepatah yang mengatakan “Tangan kanan memberi, tangan kiri tak boleh tau”. Peribahasa ini mengajarkan kita untuk senantiasa menyembunyikan kebaikan kita, sehingga, sebisa mungkin, tidak ada orang yang mengetahui kebaikan apa yang telah kita lakukan kepada orang lain. Tapi dibalik itu, hakikat utama dengan berjabat tangan dan memberi atau menerima sesuatu dengan tangan kanan adalah menyangkut norma kesopanan yang bangsa kita anut perihal hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat. “Menggunakan” tangan kanan adalah nilai-nilai luhur tersebut yang senantiasa harus kita lestarikan terus.
3. Senyum dan Sapa
Negeri kita dikenal orang sebagai negeri yang orang-orangnya terkenal akan keramahannya. Senyum dan sapa merupakan bentuk kebaikan yang menggambarkan keramahan tersebut. Senyum dan sapa juga merupakan bentuk kebaikan yang paling mudah dibagikan kepada lingkungan kita. Dan senyum dan sapa dipandang sebagai nilai ibadah yang dapat menambah menambah keakraban dengan lingkungan disekitar kita. Sekarang pertanyaannya, apakah negeri ini masih menjadi negeri yang ramah?
4. Musyawarah
Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Jadi musyawarah adalah merupakan suatu upaya untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.
Paradigma musyawarah di kehidupan bangsa kita terutama di kota-kota besar mulai bergeser kepada segala sesuatu yang bersandar pada ingin menang sendiri. Egoisme maupun individualisme kelompok menjadi penyakit yang dianut sebagian masyarakat kita. Uniknya hal ini mulai merambah ke masyarakat desa yang dahulu dikenal sebagai pelestari nilai-nilai ini. Tapi dibalik itu kita masih yakin, ada sebagian besar orang diluar sana yang masih menggunakan budaya ini. Mereka hidup tentram dan saling percaya, semua perbedaan di usahakan secara musyawarah dan mufakat. Keberlangsungan negara Indonesia, berpangku salah satunya pada budaya ini agar kedepannya lebih tentram dan cinta damai.
5. Gotong Royong
Gotong royong berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Bersama-sama dengan musyawarah, Pancasila, hukum adat, keTuhanan, dan kekeluargaan, gotong royong menjadi dasar Filsafat Indonesia. Gotong Royong merupakan suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dari jaman daulu kala hingga saat ini. Rasa kebersamaan ini muncul, karena adanya sikap sosial tanpa pamrih dari masing-masing individu untk meringankan beban yang sedang dipikul. Hanya di Indonesia, kita bisa menemukan sikap gotong royong ini. Di negara lain, sulit kita menemukan sikap ini dikarenakan saling acuh tak acuhnya orang terhadap lingkungan di sekitarnya. Pertanyaan yang sama, apakah budaya gotong royong masih berlaku di masyarakat kota-kota besar? Hanya Anda yang mempunyai jawabnya